Akhirnya Aku sadar…

27 04 2011

Dikisahkan, saat diadakan pesta reuni sebuah SMA, tampak wajah-wajah gembira hadir setelah menemukan teman-teman yang telah sekian lama tidak berjumpa. Gelak tawa dan canda nostalgia pun mengalir dengan deras. Diantara mereka ada seorang pemuda yang dulunya adalah bintang kelas dan kesayangan guru dan teman-teman. Selain prestasi di kelas yang menonjol, gerakannya terkenal gesit dan cepat. Pembawaannya pun ramah dan pandai bergaul dengan siapa saja. Dia juga seorang atlit lompat tinggi pemegang rekor pada saat itu.

Semangat pantang menyerahnya dalam mempertahankan prestasi di sekolah dan kegigihannya mengalahkan mistar di arena lompat tinggi menyulut decak kagum semua orang yang mengenalnya. Kekaguman yang tersisa membuat teman-temannya masih melemparkan pujian untuk si pemuda.

Seusai acara reuni, di dalam keremangan kamarnya, ada perasaan yang terasa menyesakkan. Kekaguman dan pujian teman-teman lama serasa tamparan bagi dirinya. Dia menyadari bahwa saat ini dirinya telah gagal mempertahankan semangat pemenangnya meraih prestasi seperti waktu dulu.

“Saat ini pekerjaanku sebagai penjual asuransi sungguh jauh dari memuaskan. Target yang diberikan kepadaku hampir tidak pernah terpenuhi. Padahal kepandaianku bergaul masih sama seperti dulu. Apa yang salah pada diriku sekarang? Ketakutan begitu kuat mencekeramku, takut kalah, takut tidak berhasil, aku takut pada ketakutan itu sendiri! Ditolak sekali saja, aku langsung mundur! Tidak ditanggapinya penawaran yang kubuat, aku langsung tersungkur!

Padahal dulu, tidak ada dalam kamusku kata menyerah! Setiap ada kesulitan, aku. selalu berusaha untuk bertanya dan belajar. Begitu pula dengan olahraga yang kugeluti. Aku akan mencari setiap centimeter kesalahanku untuk memperbaiki dan menyempurnakan lompatanku sehingga aku berhasil menciptakan rekor baru. Entah kemana ambisi dan semangat pemenangku yang dulu?

Aku harus bangkit menjadi diriku yang baru dengan semangat yang sama seperti dulu! Jika dulu aku bisa, sekarang pun aku juga bisa!”.

Di keheningan malam itu, dalam lantunan doa dan genangan bias air mata, adalah sebuah jiwa yang tersadar, mohon ridho pada illahi dan berkomitmen untuk bangkit dan menjadi jati dirinya dalam mengarungi kehidupan !





Membuka Mata & hati kita…

16 02 2011

Manusia bahagia bila ia bisa membuka mata. Untuk menyadari bahwa ia memiliki banyak hal yang berarti. Manusia bisa bahagia bila ia mau membuka mata hati. Untuk menyadari, betapa ia dicintai. Manusia bisa bahagia, bila ia mau membuka diri. Agar orang lain bisa mencintainya dengan tulus.

Manusia tidak bahagia karena tidak mau membuka hati, berusaha meraih yang tidak dapat diraih, memaksa untuk mendapatkan segala yang diinginkan, tidak mau menerima dan mensyukuri yang ada.

Manusia buta, karena egois dan hanya memikirkan diri, tidak sadar bahwa ia begitu dicintai, tidak sadar bahwa saat ini, apa yang ada adalah baik, selalu berusaha meraih lebih, dan tidak mau sadar karena serakah.

Ada teman yang begitu mencintai, namun tidak diindahkan, karena memilih, menilai dan menghakimi sendiri.

Memilih teman dan mencari-cari, padahal di depan mata ada teman yang sejati.

Telah memiliki segala yang terbaik, namun serakah, ingin dirinya yang paling diperhatikan, paling disayang, selalu menjadi pusat perhatian, selalu dinomorsatukan.

Padahal, semua manusia memiliki peranan, hebat dan no. satu dalam satu hal, belum tentu dalam hal lain, dicintai oleh satu orang belum tentu oleh orang lain.

Kebahagiaan bersumber dari dalam diri sendiri, jikalau berharap dari orang lain, siaplah ditinggalkan, siaplah dikhianati.

Kita akan bahagia bila bisa menerima diri apa adanya, mencintai dan menghargai diri sendiri, mau mencintai orang lain, dan mau menerima orang lain.

Percayalah kepada ALLAH, dan bersyukurlah kepadanya, bahwa kita selalu diberikan yang terbaik sesuai usaha kita, tak perlu berkeras hati, Ia akan memberi kita di saat yang tepat apa yang kita butuhkan, meskipun bukan hari ini, masih ada esok hari.

Berusaha dan berbahagialah karena kita dicintai begitu banyak orang

http://www.dudung.net/artikel-bebas/kita-bahagia-bila.html





belajar arti hidup…

10 02 2011
  • Saya belajar, bahwa saya tidak dapat memaksa orang lain mencintai saya. Saya hanya dapat melakukan sesuatu untuk orang yang saya cinta…

 

  • Saya belajar, bahwa butuh waktu bertahun-tahun untuk membangun kepercayaan dan hanya beberapa detik saja untuk menghancurkannya…

 

  • Saya belajar, bahwa orang yang saya kira adalah orang yang jahat, justru adalah orang yang membangkitkan semangat hidup saya kembali…

 

  • Saya belajar, bahwa sahabat terbaik bersama saya dapat melakukan banyak hal dan kami selalu memiliki waktu terbaik…

 

  • Saya belajar, bahwa persahabatan sejati senantiasa bertumbuh, walau dipisahkan oleh jarak yang jauh. Beberapa diantaranya melahirkan cinta sejati…

 

  • Saya belajar, bahwa jika seseorang tidak menunjukkan perhatian seperti yang saya inginkan, bukan berarti bahwa dia tidak mencintai saya…

 

  • Saya belajar, bahwa sebaik-baiknya sahabat itu, mereka pasti pernah melukai perasaan saya… dan untuk itu saya harus memaafkannya…

 

  • Saya belajar, bahwa saya harus belajar mengampuni diri sendiri… kalau tidak mau dikuasai perasaan bersalah terus menerus…

 

  • Saya belajar, bahwa tidak masalah berapa buruknya patah hati itu, dunia tidak pernah berhenti hanya gara-gara kesedihan saya…

 

  • Saya belajar, bahwa saya tidak dapat merubah sahabat, tapi semua itu tergantung dari diri mereka sendiri…

 

  • Saya belajar, bahwa lingkungan dapat mempengaruhi pribadi saya, tapi saya harus bertanggung jawab untuk apa yang saya telah lakukan…

 

  • Saya belajar, bahwa dua manusia dapat melihat sebuah benda, tapi kadang dari sudut pandang yang berbeda…

 

  • Saya belajar, bahwa tidaklah penting apa yang saya miliki, tapi yang penting adalah siapa saya ini sebenarnya…

 

  • Saya belajar, bahwa tidak ada yang instan atau serba cepat di dunia ini, semua butuh proses dan pertumbuhan, kecuali saya ingin sakit hati…

 

  • Saya belajar, bahwa saya harus memilih apakah menguasai sikap dan emosi atau sikap dan emosi itu yang menguasai diri saya…

 

  • Saya belajar, bahwa saya punya hak untuk marah, tetapi itu bukan berarti saya harus benci dan berlaku bengis…

 

  • Saya belajar, bahwa kata-kata manis tanpa tindakan adalah saat perpisahan dengan orang yang saya cintai…

 

  • Saya belajar, bahwa orang-orang yang saya kasihi justru sering diambil segera dari kehidupan saya…